Selasa ( 23/10) malam lalu, pengurus Masjid
Al-Ijtihaad, Tebet Mas, Jakarta Selatan dibuat terperangah, saat wanita tua
yang selama ini dikenal sebagai pemulung itu, datang dengan menumpang bajaj,
membawa dua ekor kambing untuk berqurban. "Sudah lama Mak pengen kurban. Sejak tiga tahun yang lalu. Tapi kan mak ini kerjaannya cuma mulung, jadi
penghasilan nggak jelas. Buat makan sehari saja kadang udah sukur. Jadi Mak ngumpulin
dulu duit Rp 1.000, Rp 1.500 sampai tiga tahun, lalu Mak beliin kambing dua
ekor” kata Mak Yati ketika ditanya wartawan apa alasan
berkurban di hari raya Idul Adha.
Wanita asal Pasuruan Jawa Timur itu kemudian bercerita,
selama tiga tahun ia menabung setiap hari tanpa sepengetahuan suaminya. Uang yang terkumpul kemudian dibelikan emas. Menjelang
datangnya hari raya Qurban, Yati menjual emasnya senilai 3,8 juta. Kemudian pemulung yang tinggal di gubug di atas lahan milik
dinas sosial di Jalan Tebet Barat Raya itu, membeli dua ekor kambing seharga 3 juta
rupiah.
Kisah ini sangat menyentuh hati. Kita banyak belajar dari Mak Yati. Di saat orang mulai melupakan kebaikan, ketika manusia makin sulit memahami makna keikhlasan, dan mengukur segalanya dengan uang, wanita tua itu justru mengajarkan ketulusan. Banyak orang yang bergelimang harta, namun sedikit yang berhati mulia. Ketika orang lebih banyak memilih lorong yang gelap untuk meraih dunia, dengan keserakahan, ketamakan, dan keangkaramurkaan, namun Mak Yati justru menunjukkan jalan yang terang di dalam kegelapan. Mak Yati seperti tak lagi menuruti nafsu duniawi. Ia hanya punya mimpi yang sederhana, namun amat besar maknanya. Mak Yati ingin naik domba menuju nirwana, kelak di alam baka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar