Kamis, 08 November 2012

Obama, Yes You Can !!

 
Rabu (7/11) siang waktu Jakarta, atau dinihari waktu Amerika, ratusan juta pasang mata di seluruh dunia tertuju ke area McCormick Place, Chicago. Barack Obama, yang baru saja dipastikan memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat untuk yang kedua kalinya, tengah memberikan pidato kemenangan yang membius dunia. Dengan suara yang lantang penuh wibawa, Obama   mengucapkan terimkasih atas dukungan seluruh rakyat Amerika, terutama para pendukung setianya. Dalam pidatonya Obama bukan hanya berusaha menyatukan warga Amerika yang terpecah karena pilihan politiknya, namun juga berusaha membangkitkan semangat rakyat untuk bersama sama bersatu membangun Amerika. "Kita satu bangsa besar Amerika. Kita jatuh-bangun bersama sebagai sebuah bangsa,... Kata Obama.

Di McCormick Place yang sempit, Ribuan pendukungnya, menyambut dengan gegap gempita. Mereka bertepuk, berteriak dan melambaikan tangan melampiaskan kemenangan. Suasana semakin mengharukan saat Obama membawa serta istri tercintanya Michelle dan dua anak gadisnya, Sasha dan Malia ke atas panggung. Pada akhir sesi pidato, seluruh keluarga besarnya dan keluarga Joe Bidden, sang Wakil Presiden ikut bersuka cita bersama.

Sejak kemunculannya, sosok Obama memang menjadi sebuah fenomena. Tahun 2008, seluruh dunia terpana dan seakan tidak percaya. Seorang berdarah hitam, yang selama ratusan tahun terpinggirkan, tiba tiba bisa menjadi Presiden di negara adi kuasa itu. Sejak George Washington dikukuhkan sebagai presiden pertama pada tahun 1789, warga kulit hitam dianggap sebagai warga negara kelas dua. Mereka teraniaya di negerinya sendiri. Perlawanan atas nama perjuangan  kulit hitam terus mewarnai kehidupan negara yang ditemukan oleh Christoper Columbus itu. Sejarah mencatat perjuangan dan kegigihan Louis Farrakhan, Marthin Luther King hingga Angela Tucker, yang rela berkorban harta hingga nyawa demi sebuah pengakuan kesamaan derajat di mata kulit putih. Obama adalah buah perjuangan mereka.

Di sisi lain, Obama seorang pekerja keras. Ia berusaha membangun kehidupan melampaui mimpinya. Lahir dari keluarga yang bercerai berai, namun berusaha membangun sebuah keluarga yang damai. Pernah tinggal di Indonesia dan menjalankan sholat di masjid dekat rumahnya di Menteng Jakarta Pusat. Kemudian menjadi pengikut setia Kristiani saat dewasa, dan ia sangat menyayangi dan mencintai keluarganya.  Pada sebuah kesempatan, Obama  pernah bercerita   kepada media, bahwa ia selalu berusaha keras menahan air mata, saat menyaksikan  Michelle berpidato saat kampanye, demi kemenangannya. Obama sangat menghormati sekaligus mencintai istrinya itu. 

Obama juga seorang lelaki berhati baja.  Ia tak patah arang menerjang tantangan. Dalam buku otobiografinya, The Audacity of Hope, Obama pernah berkisah bagaimana hancur harapannya ketika pertama kali mengutarakan niatnya untuk maju menjadi kandidat presiden kepada seorang temannya yang seorang ahli politik. “Apakah kamu tak sadar, nama kamu Barack Hussein Obama, sebuah nama yang berbau muslim, dan rakyat Amerika tengah memusuhinya “. Tapi Obama kemudian bangkit dan terus berusaha menapaki dunia politik dengan penuh keyakinan. Kini ia menjadi seorang pemimpin besar, yang berani mengambil keputusan besar. Obama memutuskan memulangkan ratusan ribu prajuritnya di negeri Saddam, mengurangi pasukan di Afghanistan dan membongkar kebobrokan penjara Guantanamo yang biadab itu. Islam yang selama bertahun tahun seolah-olah di musuhi Amerika, kemudian  dirangkul dan diajak membangun tatanan dunia baru.

Saya bermimpi, kelak setelah tak lagi menjadi presiden di negeri adi kuasa itu, Obama bersedia pulang ke kampung halaman Ayah tirinya, INDONESIA. Andai saja ia bisa menjadi pemimpin di Negeri yang sedang belajar berdemokrasi ini. Negeri kita butuh tokoh besar bernyali besar, agar bisa menjadi bangsa yang besar.