Sabtu, 11 Mei 2013

Gita Wirjawan: Kalau Mau Cepat Kaya Jadilah Pengusaha Daging!

Jakarta (detik.com) Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengajak ibu-ibu pengusaha yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) untuk menjadi pengusaha daging. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar Gita untuk mengungkapkan hal itu, salah satunya adalah agar cepat kaya.

"Kalau ibu-ibu ingin cepat kaya, maka jadilah pengusaha daging," ungkap Gita saat menghadiri acara Rakornas Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) di Gedung Smesco, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Sabtu (11/5/2013)

Alasannya, menurut Gita kebutuhan daging rata-rata masyarakat Indonesia saat ini adalah 2,2 Kg per orang per tahun. Sementara, Argentina butuh 55 kg per orang per tahun, Brazil 33 kg dan Jerman 30 kg per orang per tahun.

"Ini adalah best opportunity bagi pengusaha," tegasnya.

Untuk 20 tahun mendatang, ia memperkirakan kebutuhan per kapita konsumsi daging masyarakat Indonesia akan mencapai 20 kg per orang per tahun. Dalam kalkulasinya dengan total populasi Indonesia, maka ada nilai Rp 350 triliun omzet bisnis dari dagin yang akan diperebutkan.

"Sudah mulai banyak yang berdiskusi, menarik ini saya lanjutkan untuk bahas bisnis daging, karena sangat menguntungkan," kata Gita saat memperhatikan ibu-ibu pengusaha yang mulai saling berbicara.

Gita Wirjawan menuturkan Australia sangat bagus dalam mengelola peternakan sapi hingga bisnis dagingnya. Namun untuk Indonesia, Gita tidak menganjurkan cara yang dilakukan oleh Negeri Kangguru tersebut.

"Kalau untuk berbisnis ataupun menjadi pengusaha daging sapi, tidak usah seperti Australia," ungkap Gita.

Pasalnya dibanding dengan Indonesia ada perbedaan yang cukup mencolok, terutama soal lahan. Untuk 1 ekor sapi, Australia menyiapkan 1 hektar lahan. "Untuk 1 sapi mereka memerlukan 1 hektar," sebut Gita

Menurut Gita, hal itu merupakan pemborosan. Apalagi dengan situasi lahan di Indonesia yang sulit. Kecuali pengusaha berniat beternak sapi pada wilayah timur. "Kalau bagian timur mungkin bisa. Tapi ada cara yang lebih praktis, tidak usaha seperti itu," ujarnya.

Pengusaha Indonesia, menurutnya bisa mencontoh apa yang dilakukan India. Dimana beternak sapi dilakukan di belakang rumah masing-masing. "Seperti India tiap rumah tangga di belakangnya mereka memelihara sapi, itu bisa dipraktekan di Indonesia," jelas Gita.

Hanya menurutnya, pemerintah akan mendorong untuk memberikan sertifikasi pada setiap sapi. Agar sapi yang dipelihara sesuai standarisasi. "Tinggal sertifikasi sapi saja dan saya akan dorong itu," katanya.                                                            

*Saya setuju Pak Menteri  !!!!!                                                       
 

Senin, 22 April 2013

UN Kacau Balau


Dua minggu terakhir,  merupakan moment dimana akal sehat kita tercabik cabik dengan berita mengenai ujian nasional.  Pekan lalu, public dicengangkan dengan informasi mengenai pengunduran jadwal ujian nasional untuk tingkat SMA dan sederajat.  Penyebabnya ? sungguh membuat  kita geram tak habis pikir. Distribusi soal ujian bermasalah karena percetakan belum selesai mencetak seluruh soal !  Ini merupakan sejarah kelam dalam dunia pendidikan kita. Karena sejak dimulai perhelatan yang namanya Ujian Nasional     tahun 2005,( sebelumnya UAN, EBTANAS DLL) baru kali ini ujian diundur.
Di televisi selama berhari hari kita melihat bagaimana para pejabat sibuk berkomentar mengenai carut marut persoalan ujian nasional.   Mendikbud terlihat sibuk berkunjung ke sana kemari, untuk mengecek persoalan yang terjadi. Pak menteri bahkan harus datang ke  percetakan milik PT Ghalia Indonesia Printing  di  kawasan Bogor,  Jawa Barat, untuk mengetahui kenapa soal ujian terlambat diselesaikan.  
Presiden SBY juga sibuk menulis di akun twitternya yang baru di rilis beberapa minggu sebelumnya.  Presiden memberi instruksi kepada mendikbud untuk menyelesaikan permasalah UN dengan sebaik baiknya.  Presiden bahkan harus menulis 10 komentar  di akunnya, dan kemudian memanggil mendikbud.  “ Pemerintah meminta maaf atas keterlambatan UN ini. Terimakasih kepada yang ikut membantu dan mengatasinya, serta masukan  melalui akun ini*SBY*” ini salah satu kicauan presiden di akunnya.
Ada persoalan management yang akut di kemendikbud, kenapa soal ujian sampai terlambat dicetak. Pertanyaan paling mendasar, apakah tidak ada proses check and balances, dalam menyelenggarakan perhelatan rutin yang namanya UN ? keterlambatan percetakan  tentu bisa  diantisipasi jauh jauh hari sebelumnya, jika semua prosedur  menajemen di jalankan dengan baik.   Saya sangat yakin para pejabat di kemdikbud tidak bekerja optimal, bahkan mungkin meremehkan pekerjaan mereka. Buktinya Menteri M. Nuh kepada media mengaku   baru tahu persoalan percetakan dua hari sebelum ujian digelar.
Kedua, saya mendengar berkali kali, Menteri M. Nuh mengatakan dalam berbagai kesempatan, siap bertanggung  jawab atas tragedi ini. Namun dari wajahnya seperti tidak nampak ada penyesalan yang mendalam. Dalam teori komunikasi, gesture atau gerak tubuh, termasuk ekspresi wajah,  merupakan suatu signal kejujuran. Orang boleh mengucapkan apa saja, namun wajah lebih berbicara tentang yang sebenarnya.  Saat menggelar konferensi pers di Istana Negara usai dipanggil persiden,  M Nuh bahkan mengeluarkan komentar yang tidak pantas. “ Saya pikir tadi saya mau dimarahi sama presiden, namun ternyata tidak” kata Nuh.  Dalam hati saya, ini menteri kok ngomongnya ga ada beda dengan pejabat  lain yg gak bisa berempati kepada public.  Pak menteri…. Presiden gak marah mungkin karena terlalu baik, atau takut konflik….. tapi jangan lupa ……Rakyat Marah Besar !!!!!! anda bekerja tidak professional.  At the end, Pak Nuh juga tidak pernah ngomong apa bentuk pertanggungjawabannya. Meski banyak pihak meminta  M. Nuh mundur!!!
Saya jadi berpikir, seandaianya ini terjadi di  Jepang atau Korea Selatan, pastilah menterinya  tanpa disuruh akan mundur gentlemen sebagai bentuk tanggung jawab.
So….bagaimana bangsa ini akan beranjak dewasa jika para pejabat tingginya, tak member keteladanan, bekerja profesional, bertanggung jawab  dan benar benar bekerja untuk rakyat.  Atau jangan jangan SBY salah mengangkat Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA sebagai mendikbud !!!!!