Senin, 22 April 2013

UN Kacau Balau


Dua minggu terakhir,  merupakan moment dimana akal sehat kita tercabik cabik dengan berita mengenai ujian nasional.  Pekan lalu, public dicengangkan dengan informasi mengenai pengunduran jadwal ujian nasional untuk tingkat SMA dan sederajat.  Penyebabnya ? sungguh membuat  kita geram tak habis pikir. Distribusi soal ujian bermasalah karena percetakan belum selesai mencetak seluruh soal !  Ini merupakan sejarah kelam dalam dunia pendidikan kita. Karena sejak dimulai perhelatan yang namanya Ujian Nasional     tahun 2005,( sebelumnya UAN, EBTANAS DLL) baru kali ini ujian diundur.
Di televisi selama berhari hari kita melihat bagaimana para pejabat sibuk berkomentar mengenai carut marut persoalan ujian nasional.   Mendikbud terlihat sibuk berkunjung ke sana kemari, untuk mengecek persoalan yang terjadi. Pak menteri bahkan harus datang ke  percetakan milik PT Ghalia Indonesia Printing  di  kawasan Bogor,  Jawa Barat, untuk mengetahui kenapa soal ujian terlambat diselesaikan.  
Presiden SBY juga sibuk menulis di akun twitternya yang baru di rilis beberapa minggu sebelumnya.  Presiden memberi instruksi kepada mendikbud untuk menyelesaikan permasalah UN dengan sebaik baiknya.  Presiden bahkan harus menulis 10 komentar  di akunnya, dan kemudian memanggil mendikbud.  “ Pemerintah meminta maaf atas keterlambatan UN ini. Terimakasih kepada yang ikut membantu dan mengatasinya, serta masukan  melalui akun ini*SBY*” ini salah satu kicauan presiden di akunnya.
Ada persoalan management yang akut di kemendikbud, kenapa soal ujian sampai terlambat dicetak. Pertanyaan paling mendasar, apakah tidak ada proses check and balances, dalam menyelenggarakan perhelatan rutin yang namanya UN ? keterlambatan percetakan  tentu bisa  diantisipasi jauh jauh hari sebelumnya, jika semua prosedur  menajemen di jalankan dengan baik.   Saya sangat yakin para pejabat di kemdikbud tidak bekerja optimal, bahkan mungkin meremehkan pekerjaan mereka. Buktinya Menteri M. Nuh kepada media mengaku   baru tahu persoalan percetakan dua hari sebelum ujian digelar.
Kedua, saya mendengar berkali kali, Menteri M. Nuh mengatakan dalam berbagai kesempatan, siap bertanggung  jawab atas tragedi ini. Namun dari wajahnya seperti tidak nampak ada penyesalan yang mendalam. Dalam teori komunikasi, gesture atau gerak tubuh, termasuk ekspresi wajah,  merupakan suatu signal kejujuran. Orang boleh mengucapkan apa saja, namun wajah lebih berbicara tentang yang sebenarnya.  Saat menggelar konferensi pers di Istana Negara usai dipanggil persiden,  M Nuh bahkan mengeluarkan komentar yang tidak pantas. “ Saya pikir tadi saya mau dimarahi sama presiden, namun ternyata tidak” kata Nuh.  Dalam hati saya, ini menteri kok ngomongnya ga ada beda dengan pejabat  lain yg gak bisa berempati kepada public.  Pak menteri…. Presiden gak marah mungkin karena terlalu baik, atau takut konflik….. tapi jangan lupa ……Rakyat Marah Besar !!!!!! anda bekerja tidak professional.  At the end, Pak Nuh juga tidak pernah ngomong apa bentuk pertanggungjawabannya. Meski banyak pihak meminta  M. Nuh mundur!!!
Saya jadi berpikir, seandaianya ini terjadi di  Jepang atau Korea Selatan, pastilah menterinya  tanpa disuruh akan mundur gentlemen sebagai bentuk tanggung jawab.
So….bagaimana bangsa ini akan beranjak dewasa jika para pejabat tingginya, tak member keteladanan, bekerja profesional, bertanggung jawab  dan benar benar bekerja untuk rakyat.  Atau jangan jangan SBY salah mengangkat Prof. Dr. Ir. KH. Mohammad Nuh, DEA sebagai mendikbud !!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar