Rabu
(7/11) siang waktu Jakarta, atau dinihari waktu
Amerika, ratusan juta pasang mata di seluruh dunia tertuju ke area
McCormick Place, Chicago. Barack Obama, yang baru saja dipastikan
memenangi pemilihan presiden Amerika Serikat untuk yang kedua kalinya, tengah memberikan pidato
kemenangan yang membius dunia. Dengan suara yang
lantang penuh wibawa, Obama mengucapkan terimkasih atas dukungan seluruh
rakyat Amerika, terutama para pendukung setianya. Dalam pidatonya Obama
bukan hanya berusaha menyatukan warga Amerika yang terpecah karena
pilihan politiknya, namun juga berusaha membangkitkan semangat
rakyat untuk bersama sama bersatu membangun Amerika. "Kita
satu bangsa besar Amerika. Kita jatuh-bangun bersama sebagai sebuah
bangsa,... Kata Obama.
Di
McCormick Place yang sempit, Ribuan pendukungnya, menyambut dengan
gegap gempita. Mereka bertepuk, berteriak dan melambaikan tangan
melampiaskan kemenangan. Suasana semakin mengharukan saat Obama
membawa serta istri tercintanya Michelle dan dua anak gadisnya,
Sasha dan Malia ke atas panggung. Pada akhir sesi pidato, seluruh
keluarga besarnya dan keluarga Joe Bidden, sang Wakil Presiden ikut
bersuka cita bersama.
Sejak
kemunculannya, sosok Obama memang menjadi sebuah fenomena. Tahun
2008, seluruh dunia terpana dan seakan tidak percaya. Seorang
berdarah hitam, yang selama ratusan tahun terpinggirkan, tiba tiba
bisa menjadi Presiden di negara adi kuasa itu. Sejak George
Washington dikukuhkan sebagai presiden pertama pada tahun 1789,
warga kulit hitam dianggap sebagai warga negara kelas dua. Mereka teraniaya di negerinya sendiri. Perlawanan
atas nama perjuangan kulit hitam terus mewarnai kehidupan
negara yang ditemukan oleh Christoper
Columbus itu.
Sejarah mencatat perjuangan dan kegigihan Louis Farrakhan,
Marthin Luther King hingga Angela Tucker, yang rela berkorban harta hingga nyawa demi sebuah
pengakuan kesamaan derajat di mata kulit putih. Obama
adalah buah perjuangan mereka.
Di
sisi lain, Obama seorang pekerja keras. Ia berusaha membangun kehidupan melampaui mimpinya. Lahir dari keluarga yang bercerai berai, namun berusaha membangun
sebuah keluarga yang damai. Pernah tinggal di Indonesia dan
menjalankan sholat di masjid dekat rumahnya di Menteng Jakarta
Pusat. Kemudian menjadi pengikut setia Kristiani saat dewasa, dan ia
sangat menyayangi dan mencintai keluarganya. Pada sebuah kesempatan, Obama pernah bercerita kepada media, bahwa ia selalu berusaha keras menahan air mata, saat menyaksikan Michelle berpidato saat kampanye, demi kemenangannya. Obama sangat menghormati sekaligus mencintai istrinya itu.
Obama juga seorang lelaki berhati baja. Ia tak patah arang menerjang tantangan. Dalam buku otobiografinya, The Audacity of Hope, Obama pernah berkisah bagaimana hancur harapannya ketika pertama kali mengutarakan niatnya untuk maju menjadi kandidat presiden kepada seorang temannya yang seorang ahli politik. “Apakah kamu tak sadar, nama kamu Barack Hussein Obama, sebuah nama yang berbau muslim, dan rakyat Amerika tengah memusuhinya “. Tapi Obama kemudian bangkit dan terus berusaha menapaki dunia politik dengan penuh keyakinan. Kini ia menjadi seorang pemimpin besar, yang berani mengambil keputusan besar. Obama memutuskan memulangkan ratusan ribu prajuritnya di negeri Saddam, mengurangi pasukan di Afghanistan dan membongkar kebobrokan penjara Guantanamo yang biadab itu. Islam yang selama bertahun tahun seolah-olah di musuhi Amerika, kemudian dirangkul dan diajak membangun tatanan dunia baru.
Obama juga seorang lelaki berhati baja. Ia tak patah arang menerjang tantangan. Dalam buku otobiografinya, The Audacity of Hope, Obama pernah berkisah bagaimana hancur harapannya ketika pertama kali mengutarakan niatnya untuk maju menjadi kandidat presiden kepada seorang temannya yang seorang ahli politik. “Apakah kamu tak sadar, nama kamu Barack Hussein Obama, sebuah nama yang berbau muslim, dan rakyat Amerika tengah memusuhinya “. Tapi Obama kemudian bangkit dan terus berusaha menapaki dunia politik dengan penuh keyakinan. Kini ia menjadi seorang pemimpin besar, yang berani mengambil keputusan besar. Obama memutuskan memulangkan ratusan ribu prajuritnya di negeri Saddam, mengurangi pasukan di Afghanistan dan membongkar kebobrokan penjara Guantanamo yang biadab itu. Islam yang selama bertahun tahun seolah-olah di musuhi Amerika, kemudian dirangkul dan diajak membangun tatanan dunia baru.
Saya
bermimpi, kelak setelah tak lagi menjadi presiden di negeri
adi kuasa itu, Obama bersedia pulang ke kampung halaman Ayah
tirinya, INDONESIA. Andai saja ia bisa menjadi pemimpin di
Negeri yang sedang belajar berdemokrasi ini. Negeri kita butuh tokoh
besar bernyali besar, agar bisa menjadi bangsa yang besar.